Berita

Peran Media dalam Pemberdayaan Perempuan

Selasa, 18 September 2018 suara perempuan

Peran media sangat besar dalam membentuk masyarakat. Media massa memiliki peran strategis dalam memberikan perubahan kepada masyarakat untuk menjadi lebih baik. Namun, di pihak lain, media juga memiliki kekuatan untuk melanggengkan beragam pandangan dan praktik negatif yang tengah berlangsung di masyarakat, terutama terhadap perempuan. Untuk itu media perlu didorong dan dibangun agar menjadi lebih berkualitas dan sensitif gender.

Di Indonesia masih banyak media yang mengutamakan pemberitaan yang sensasional dan tak sensitif gender. Kalimat yang dipilih sebagai judul berita, misalnya, sering jauh dari esensi permasalahan. Lebih jauh, judul artikel yang dipakai seringkali justru menimbulkan efek kekerasan yang mendalam. Dalam berita yang menyangkut kekerasan terhadap perempuan pun masih banyak media yang memberatkan posisi perempuan.

Media perlu lebih banyak membuat berita dan tulisan yang mendukung keberdayaan perempuan dan anak. Hingga kini budaya patriarki masih tercermin dalam pemberitaan media massa. Budaya patriarki memberikan warna dalam pemberitaan di media. Untuk itu perlu membawa media menjadi alat yang efektif untuk menyuarakan persoalan gender, perlindungan perempuan, dan anak.

Untuk mengubah iklim media yang tak sensitif gender menjadi media yang dapat mendukung transformasi masyarakat menjadi lebih baik, perlu keterlibatan perempuan yang lebih besar dalam media. Hingga saat ini, keterlibatan perempuan di media masih tak sebesar laki-laki. Di media televisi disebutkan, perempuan yang terjun di bidang media televisi ini lebih banyak berkutat di depan kamera daripada sebagai tim yang bekerja di belakang kamera. Tercatat 51 persen perempuan di media televisi berperan sebagai presenter, 31,5 persen menempati peran reporter televisi, 15,20 persen bekerja sebagai karyawati televisi, dan hanya 10,5 persen menjadi anggota Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

Sedari awal, perempuan merupakan sosok yang kuat dalam memajukan masyarakat dan dunia secara keseluruhan. Di Indonesia sendiri peran perempuan dalam media sesungguhnya telah berlangsung sejak lama. Dalam sejarahnya, tokoh emansipasi perempuan RA Kartini merupakan salah satu sosok paling progresif dalam dunia menulis. Tulisan-tulisan Kartini yang awalnya berupa surat telah dibukukan dan menjadi sumber inspirasi bagi pergerakan perempuan. Kartini adalah sosok panutan utama bagi media dan kesetaraan gender. Tak hanya lewat tulisan, aktivitasnya dalam memberdayakan perempuan di pedesaan berhasil mengubah nasib perempuan Indonesia.

Selain Kartini, masih banyak tokoh perempuan lain yang memberikan sumbangsih besar dalam sejarah media dan kesetaraan gender. Roehana Koedoes, misalnya, merupakan sosok di balik berdirinya koran Sunting Melayu. Ia adalah perempuan pertama Indonesia yang secara resmi menyandang profesi jurnalis dan merupakan pemimpin redaksi dari koran Sunting Melayu. Sebelum mendirikan koran Sunting Melayu tahun 1912, perempuan asal Sumatera Barat ini lebih dulu mendirikan sekolah khusus perempuan pada tahun 1911.

Masih banyak perempuan-perempuan hebat Indonesia yang berperan besar dalam memberikan kontribusi bagi tumbuhnya media di Indonesia. Ada Rasuna Said yang mendirikan majalah Menara Poetri, lantas ada pula SK Trimurti yang merupakan pendiri dari majalah Pesat. Tokoh perempuan lainnya di jagad media yakni Herawati Diah yang membidani lahirnya koran berbahasa Inggris pertama, The Indonesian Observer.

Pemberdayaan perempuan dalam kaitannya dengan transformasi masyarakat menjadi sangat penting. Ada banyak hal yang bisa dilakukan untuk memberdayakan perempuan. Salah satunya dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan dan sistem media menjadi lebih fleksibel, beragam, dan relevan dengan kebutuhan ekonomi dan sosial negara, serta menjadi lebih sensitif gender. Perempuan sebagai pendidik utama anak di rumah juga perlu menyadari pentingnya peran mereka dalam menciptakan generasi yang berdaya dengan menekankan pola asuh yang membangkitkan rasa ingin tahu dan berpikir kritis pada anak.

Sudah saatnya menginvestasikan pembangunan untuk kesejahteraan sosial dan ekonomi perempuan. Pemberdayaan perempuan pada akhirnya akan memberi pengaruh yang signifikan pada keluarga, komunitas, dan generasi mendatang. Sedemikian pentingnya investasi pada perempuan, bahkan Bank Dunia telah mengidentifikasi bahwa pemberdayaan perempuan merupakan salah satu kunci dalam mengentaskan kemiskinan.

 

Artikel terkait :

http://www.neraca.co.id/article/21638/perempuan-sebagai-pendorong-pertumbuhan-ekonomi-dukungan-melalui-program-csr-sangat-diperlukan

https://www.jurnalperempuan.org/wacana-feminis/objektifikasi-perempuan-oleh-media-pembakuan-identitas-perempuan-dan-dominasi-kekuasaan-laki-laki

https://www.kompasiana.com/delalutfi/59d65c458a635f0d08710bb3/ibu-adalah-pendidikan-pertama-dan-utama-untuk-anak