Jum'at, 01 Febuari 2019
berita
DI usia yang memasuki 93 tahun, Nahdlatul Ulama (NU) terus berkomitmen menjaga jati diri bangsa Indonesia.
Acara yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo itu diselenggarakan pada 31 Januari hingga 01 Februari 2019 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta.
Ketua Umum Pengurus Besar NU, KH Said Aqil Siroj, mengatakan, di tengah perkembangan zaman dan revolusi industri, prinsip hidup yang tetap sesuai dengan jati diri bangsa tidak mudah untuk dipertahankan. Namun, hal itu terus berupaya dilakukan oleh NU.
“Alhamdulillah NU sudah punya prinsip, yang merupakan humanity central kita siap revolusi industri 5.0 sebelum orang lain masuk kita sudah siap,” ujar Said dalam konsolidasi jelang satu abad NU, di Plenary Hall Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, kemarin.
Said mengatakan penyiapan juga tetap dilakukan dengan upaya peningkatan SDM yang andal dan mampu bersaing, mulai peningkatan pendidikan, agama, sains, hingga budaya.
Nantinya direncanakan pada Februari atau Maret 2019 NU akan melakukan masyawarah nasional dengan menghadirkan lebih dari 10 ribu ulama. Musyawarah akan dilakukan untuk membahas berbagai masalah bangsa dan upaya penguatan antara unsur agama dan nasionalisme.
Di tempat yang sama, Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah terus mendorong agar RUU Pondok Pesantren dan Pendidikan Keagamaan dapat segera rampung dan disahkan menjadi UU.
“Pemerintah terus mendorong agar RUU Pondok Pesantren bisa segera diselesaikan,” kata Presiden Jokowi.
Ia menegaskan hal itu penting agar ada payung hukum yang jelas, baik mengenai anggaran untuk pondok pesantren maupun hal lain yang terkait dengan pendidikan di wilayah pondok pesantren.
Presiden pun menyampaikan mengenai revolusi industri 4.0 yang serbacepat, termasuk keterbukaan sosial media yang bermanfaat sekaligus memiliki mudarat yang menyertainya.
Karena itu, ia berpesan kepada warna NU agar menggunakan sosial media dengan bijak bukan untuk ajang saling hina, cela, ejek, atau fitnah. (Pro/X-4)
Sumber: http://mediaindonesia.com/read/detail/214260-nahdlatul-ulama-terus-jaga-keindonesiaan