Berita

Perlu Sosialisasi Berskala Nasional untuk Tingkatkan Pemahaman Masyarakat soal Kanker

Sabtu, 24 Oktober 2020 FKM Airlangga, kuliah umum, kebijakan, kanker

Pemahaman masyarakat mengenai penyakit kanker merupakan faktor penting dalam proses pengobatan. Perlu program edukasi dan sosialisasi berskala nasional untuk meningkatkan kepedulian masyarakat tentang kanker.

"Informasi mengenai penyakit kanker saat ini masih sangat minim. Padahal dukungan orang-orang di sekitar penderita kanker sangat penting dalam proses pengobatannya," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam acara Cyber Teaching bertema Determinan Sosial Stres dan Kesehatan Masyarakat (Kisah Koping Stres Penyintas Kanker) yang diselenggarakan Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, Sabtu (24/10).

Minimnya informasi tentang kanker, menurut Lestari, menyebabkan masyarakat seringkali terlambat dalam mengantisipasi gejala-gejala kanker yang muncul.

Dengan melakukan langkah sosialisasi berskala nasional, tegas Rerie, sapaan akrab Lestari, pemahaman masyarakat tentang penyakit kanker diharapkan dapat ditingkatkan.

Kisah sukses sosialisasi program Keluarga Berencana di masa lalu, menurut Rerie, bisa menjadi acuan dalam menyosialisasikan berbagai hal tentang penyakit kanker.

Mengutip data Media Research Center 2020, saat ini, jelas Legislator Partai NasDem itu, hanya 44% perempuan yang memeriksakan sendiri sejak dini payudaranya untuk menghindari terkena kanker.

Bahkan, tegas Rerie, karena ketidakpahaman masyarakat, seringkali penderita kanker dianggap terkena kutukan sehingga harus dijauhi.

"Karena tidak paham, keluarga penderita kanker juga kerap tidak memberikan dukungan yang tepat," ujarnya.

Pada kondisi seperti ini, jelasnya, kalangan perguruan tinggi bisa ikut serta dalam membuat konten dan strategi sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman masyarakat soal penyakit kanker.

Selain berharap keterlibatan kalangan akademisi dalam meningkatkan pemahaman masyarakat tentang penyakit kanker, Rerie menilai, keikutsertaan volunteer yang beranggotakan para penyintas kanker dalam pendampingan juga sangat penting.

"Penderita kanker itu tidak hanya menderita karena kanker, tetapi juga mengalami tekanan psikologis dan sosial sebagai dampak dari proses pengobatan," ungkap Rerie, yang juga penyintas kanker payudara Her-2 positif itu.

Sehingga, tegas Rerie, penderita kanker perlu mendapatkan pendampingan untuk menekan dampak sosial dan psikologis yang dialaminya.

Kalangan akademisi, menurut Rerie, juga harus aktif memberi masukan kepada para pemangku kepentingan, sehingga kebijakan yang dihasilkan Pemerintah mampu mendorong peningkatan pemahaman masyarakat soal kanker.*