Berita

Dampak Mutasi Virus Korona Harus Dipahami Masyarakat untuk Cegah Penyebaran Lebih Luas

Photo: BioWorld

 

Pemutakhiran informasi terkait perkembangan virus korona di dunia harus segera disampaikan kepada masyarakat untuk mengantisipasi penyebaran varian baru virus korona lebih luas di tanah air.

"Setelah varian virus B117, sekarang dikabarkan lagi muncul varian baru virus korona berkode N439K juga ditemukan di Inggris. Masyarakat perlu mendapatkan informasi dan edukasi terkait varian baru virus tersebut, agar penanggulangan penyebarannya bisa lebih menyeluruh," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Jumat (12/3).

Rabu (10/3) dalam keterangan tertulisnya, Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia ( IDI) Daeng M Faqih meminta masyarakat mewaspadai mutasi virus korona yang ditemukan di Inggris, yaitu N439K. Dia mengatakan, varian N439K sudah ditemukan di 30 negara dan lebih 'pintar' dari virus korona yang ada sebelumnya. 

Karena, jelasnya, mutasi N439K ini tidak dikenali oleh polyclonal antibody yang terbentuk dari imunitas orang yang pernah terinfeksi.

Catatan IDI, di Indonesia, Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eujkman telah menemukan 48 kasus mutasi N439K dari pemeriksaan 547 sampel disequens dan dikirimkan ke bank data Global Initative on Sharing All Inflenza Data (GISAID).

Informasi terkait varian baru virus korona dan cara mengatasinya, menurut Lestari, penting untuk diketahui masyarakat. Apalagi, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, bila pada varian baru virus korona itu memiliki kekhususan yang patut diwaspadai oleh masyarakat.

Menurut Rerie, perlu penjelasan secara terbuka dan terus-menerus mengenai perkembangan penularan virus korona, terutama mengenai mutasi virus tersebut, yang kini ditemukan di sejumlah negara.

Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berpendapat, publik secara berkala perlu mendapatkan informasi resmi dan akurat tentang virus korona varian baru agar tidak mudah direcoki berbagai informasi liar yang berseliweran di media sosial.

Karena informasi yang tidak valid terkait varian baru virus korona, jelas Rerie, dapat mengganggu proses vaksinasi Covid-19 secara nasional, yang ujungnya bisa mengganggu tahapan penyelamatan kesehatan dan perekonomian nasional yang saat ini sedang terus diupayakan.*