Berita

Ratu Kalinyamat Pantang Menyerah Pertahankan Kedaulatan Wilayah

Ratu Kalinyamat pemimpin Jepara yang mampu membangun potensi negeri dan menegakkan kedaulatan wilayahnya dari incaran penjajah.

"Ratu Jepara adalah seorang sosok dengan kepribadian luar biasa. Seorang kaya raya dan sangat berpengaruh. Bahkan dalam sumber-sumber Portugis digambarkan bahwa ia adalah musuh Portugis," ungkap pakar sejarah Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin, Banten, Mufti Ali, S.Ag, M.A, Ph.D dalam catatannya yang berjudul Postur Kekuasaan dan Kekayaan Ratu Kalinyamat.

Mufti adalah ahli filologi lulusan Universitas Leiden-Belanda. Filologi adalah ilmu yang mempelajari bahasa dalam sumber-sumber sejarah yang ditulis, yang merupakan kombinasi dari kritik sastra, sejarah, dan linguistik. 

Ilmu filologi biasanya berdampingan dengan paleografi, atau ilmu tentang tulisan pada masa lampau.

Catatan Mufti itu menyebutkan, Ratu Kalinyamat berusaha menyerang Portugis di tahun 1551, 1568 dan 1574 dengan mengirim 300 kapal, termasuk 80 jung dengan 15.000 pasukan.(Lemos, 1585: fls, 22-22v).

Menurut Mufti kemampuan Ratu Kalinyamat melakukan perlawanan terhadap Portugis tidak terlepas dari kepandaian Sang Ratu dalam mengelola ekonomi dan sumber daya alam yang dimiliki Jepara ketika itu.

Beras sudah menjadi komoditas utama yang diperdagangkan oleh Jepara ketika itu. Apalagi, ungkap Mufti, Jepara muncul dan mendapatkan posisi penting pada pertengahan ke-2 abad ke-15. Pelabuhannya bisa disinggahi kapal-kapal besar.

Penulis dan bendahara Portugis, Tomé Pires dalam bukunya Suma Oriental I menyebutkan Jepara menjadi sebuah kekuatan naval besar ketika itu.

Dalam daftar kapal-kapal yang dimiliki berbagai pelabuhan di Pulau Jawa, Pires mencatat bahwa Jepara telah mampu memiliki jumlah kapal ukuran besar (jung) menyamai jumlah jung yang dimiliki Demak. 

Menurut Mufti, terdapat dua kategori kerajaan pada abad ke-16, yaitu negara yang diorganisir dengan sistem pajak dan berbasis agraris dan negara yang berbasis perdagangan.

Dalam kategori ini, jelas Mufti, Jepara dapat dikatakan sebagai sebuah kerajaan yang berbasis perdagangan, sehingga tidak mengandalkan komoditas beras semata.*