Pustaka Lestari

Harga Properti Residential Tumbuh Terbatas

 

Hasil survei harga properti residensial primer yang dilakukan oleh Bank Indonesia mengindikasikan kenaikan harga properti residensial secara tahunan pada triwulan III-2020 relatif terbatas. IHPR triwulan III-2020 tercatat tumbuh sebesar 1,51% (yoy), relatif stabil dibandingkan 1,59% (yoy) pada triwulan II-2020 namun lebih rendah 1,80% (yoy) pada periode yang sama pada tahun 2019.

Perlambatan IHPR terjadi pada rumah tipe kecil dan tipe besar yang masing-masing tercatat tumbuh sebesar 1,93% (yoy) dan 0,94 (yoy), melambat dari 2,35% (yoy) dan 0,99 (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Berdasarkan wilayah, perlambatan pertumbuhan IHPR secara tahunan terutama terjadi di kota Medan dan Manado, yang masing-masing tercatat tumbuh 2,73 (yoy) dan 21,12 (yoy), lebih rendah rai 3,96% (yoy) dan 3,14 (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Secara triwulanan, IHPR pada triwulan III-2020 tercatat tumbuh sebesar 0,42% (qtq) meningkat dibandingkan 0,32% (qtq) pada triwulan II-2020, namun masih lebih rendah dari 0,50% (qtq) pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Meningkatnya kenaikan harga properti residensial secara triwulanan terutama terjadi pada tipe rumah kecil dan menengah yang masing-masing tercatat meningkat dari 0,50% (qtq) dan 0,22% (qtq) pada triwulan sebelumnya, menjadi 0,54% (qtq) dan 0,53% (qtq) pada triwulan III-2020.

Sementara itu, IHPR rumah tipe besar secara triwulanan tumbuh melambat dari 0,23% (qtq) di triwulan II-2020 menjadi 0,20% (qtq). Secara tumbuh melambat dari 0,23% (qtq) di trisulan II-2020 menjadi 0,20% qtq. Secara spasial, perlambatan kenaikan harga properti residensial pada triwulan III-2020 terutama disebabkan kontraksi yang terjadi di kota Manado sebesar -0,13% (qtq), turun dari 1,70% (qtq) pada triwulan II-2020 dan perlambatan di kota Bandar Lampung dari 1,06% (qtq) pada triwulan II-2020 menjadi 0,00% (qtq) pada triwulan III-2020

Perlambatan pertumbuhan IHPR secara tahunan sejalan dengan melambatnya inflasi biaya tempat tinggal yang dikeluarkan oleh konsumen rumah tangga pada triwulan III-2020. Hal ini tercermin dari perlambatan indeks harga konsumen (IHK) sub kelompok pemeliharaan, perbaikan, dan keamanan tempat tinggal/perumahan (tahun dasar 2018=100) sebesar 1,24% (yoy), sedikit lebih rendah dari 1,25% (yoy) pada triwulan sebelumnya

Penjualan properti residensial primer triwulan III-2020 secara tahunan masih mengalami penurunan, tercermin dari pertumbuhan penjualan rumah yang tercatat mengalami kontraksi -30,93% (yoy), lebih dalam dari kontraksi -25,60% (yoy) pada triwulan sebelumnya dan turun dari 13,95% (yoy) pada triwulan III-2019. Penurunan volume penjualan tersebut terutama akibat penurunan volume penjualan rumah tipe besar dan tipe kecil yang masing-masing tercatat turun -60,03% (yoy) dan -24,99% (yoy), lebih dalam dari -36,71% (yoy) dan 14,36% (yoy) pada triwulan II-2020.

Responden menyampaikan adanya pandemi Covid-19 dan penerapan PSBB (21,78% jawaban responden) menjadi faktor penghambar utama pertumbuhan penjualan properti residensial tersebut Faktor lain yang dinilai masih menjadi penghambat pertumbuhan antara lain suku bunga KPR (16,12% jawaban responden). Rata-rata suku bunga KPR pada triwulan III-2020 (data laporan bulanan bank umum, per September 2020) sebesar 8,63% turun dibandingkan 8,85% pada triwulan sebelumnya.

Namun demikian, menurut responden tingkat suku bunga tersebut masih cukup memberatkan bagi konsumen rumah tipe kecil dan menengah. Sementara itu, faktor lain yang dinilai masih menjadi penghambat antara lain proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR (15,54), masalah perizinan/birokrasi (14,95%), dan kenaikan harga bahan bangunan (12,16%).

Secara triwulanan, penjualan properti residensial triwulan III-2020 tumbuh sebesar 7,87% (qtq), melambat dibanding 10,14% (qtq) pada triwulan sebelumnya dan 16,18% (qtq) pada triwulan III-2019. Penurunan penjualan rumah terjadi pada rumah tipe kecil dan tipe besar, sementara tipe menengah mengalami kenaikan dari triwulan sebelumnya.

Sementara itu, tingkat pembatalan penjualan unit properti oleh konsumen pada triwulan III-2020 tercatat sebesar 13% dari total unit terjual pada triwulan III-2020 dengan porsi terbesar adalah rumah tipe kecil 72% dari total pembatalan)

Pada triwulan IV-2020, pertumbuhan harga properti residensial diprakirakan akan kembali melambat. Hal ini terindikasi dari prakiraan pertumbuhan IHPR triwulan IV-2020 sebesar 1,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan 1,51% (yoy) pada triwulan III-2020 dan 1,77% (yoy) pad triwulan IV-2019.

Pertumbuhan harga diprakirakan melambat pada seluruh tipe rumah. Pertumbuhan harga rumah tipe kecil, menengah, dan besar masing-masing diprakirakan sebesar 1,77% (yoy), 1,43% (yoy), dan 0,69% (yoy). Lebih rendah dari 1,93% (yoy), 1,65% (yoy), dan 0,94% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Perlambatan diprakirakan terjadi di sebagian besar kota yang disurvei, terutama kota Surabaya dan kota Medan yang tercatat tumbuh 1,59% (yoy), dan 2,202% (yoy), lebih rendah dari 2,42% (yoy) dan 2,73% (yoy) pada triwulan III-2020

Secara triwulanan, pertumbuhan harga properti residensial pada triwulanan III-2020 juga diprakirakan lebih rendah dari triwulan sebelumnya, terindikasi dari IHPR yang hanya tumubh 0,09% (qtq) lebih rendah dibandingkan 0,42% (qtq) pada triwulan III-2020 dan 0,30% (qtq) pada triwulan (IV-2019. Perlambatan pertumbuhan harga rumah triwulanan diprakirakan akan terjadi pada seluruh tipe rumah

Pada triwulan III-2020, pengembang masih mengandalkan modal dari dana internal perusahaan sebagai sumber utama pembiayaan proyek perumahan dengan persentase sebesar 66,87% terhadap modal perusahaan. Sumber pembiayaan properti berikutnya yang digunakan oleh pengembang antara lain pinjaman perbankan dan pembayaran dari konsumen dengan proporsi masing-masing 22,17% dan 8,56% dari total modal. Berdasarkan komposisi dana internal, porsi terbesar berasal dari modal disetor (50,07%) dan laba ditahan (45,4%).

Sementara itu, pembelian properti residensial oleh konsumen mayoritas masihg dibiayai oleh fasilitas KPR. Hal ini tercermin dari hasil survei yang mengindikasikan mayoritas konsumen (75,02%) membeli properti residensial dengan menggunakan fasilitas KPR, sementara sebanyak 17,67% lainnya dengan tunai bertahap dan 6,31% dengan tunai.

Para triwulan III-2020, pertumbuhan KPR dan KPA secara tahunan tercatat kembali melambat dari 3,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,05% (yoy). Sementara secara triwulanan, penyaluran KPR dan KPA tumbuh 0,62% (qtq), membaik dari triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami kontraksi -0,11% (qtq).

Sementara, pencairan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) pada triwulan III-2020 sebesar Rp. 2,114 triliun atau tumbuh sebesar 45,19% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang meningkat tinggi sebesar 169,17%. *)

*Diolah dari berbagai sumber oleh tim Wakil Ketua MPR RI