Selasa, 25 Febuari 2020
berita
JAKARTA, KOMPAS.com – Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat memberikan tanggapan atas pernyataan komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia ( KPAI) Sitti Hikmawatty yang mengatakan perempuan bisa hamil saat berenang dengan laki-laki. Menurutnya, pernyataan komisoner KPAI itu merendahkan derajat perempuan.
“Pernyataan tersebut merendahkan derajat perempuan. Seyogianya, sebelum menyampaikan pendapat, Sitti mencari referensi terlebih dahulu dan tidak berspekulasi dalam membuat pernyataan,” ujar Lestari dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (25/2/2020).
Menurut Lestari, pejabat publik semestinya membuat pernyataan yang menyejukkan, bukan malah menciptakan suasana gaduh dengan pernyataan kontroversial.
“Terlepas dari yang bersangkutan telah meminta maaf dan menarik kembali pernyataannya, harus diingat, seyogianya pejabat publik memiliki kepekaan dan kearifan dalam membuat peryataan,” lanjut Lestari.
Lestari mengatakan komisioner KPAI tidak bisa berdalih pernyataan itu atas nama pribadi. Sebab saat dia berbicara, jabatannya melekat.
“Sehingga pernyataannya dianggap tetap mewakili institusinya. Seharusnya, segala pernyataan seorang pejabat publik harus didasari oleh referensi yang benar dan tidak membuat kegaduhan,” ujar Lestari.
Lestari juga menyarankan agar KPAI secara institusi membuat aturan internal yang mengatur tentang disiplin para komisioner agar tidak latah tergiur berbicara tentang sesuatu di luar apa yang dia ketahui.
Sehingga, pernyataan apa pun yang dibuat komisioner KPAI tetap membawa nama institusi KPAI.
Lestari juga mengingatkan perwakilan yang bertugas menyeleksi pejabat publik pun harus menyaring pejabat yang matang secara intelektual dan bijaksana.
“Di masa mendatang, DPR sebagai lembaga yang melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap komisioner KPAI akan lebih hati-hati memilih para anggota lembaga tersebut. Jangan sampai DPR memilih sosok yang tidak tepat kemudian ikut mengecamnya ketika komisioner tersebut melakukan kesalahan,” tambah Lestari.
Diberitakan, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indoensia (KPAI) bidang Kesehatan, Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif (NAPZA), Sitti Hikmawatty, menyatakan kehamilan dapat terjadi pada perempuan yang sedang berenang di kolam renang.
Hal itu bisa terjadi jika perempuan dan laki-laki berenang bersama.
Dia menyebut kehamilan yang berindikasi dari kolam renang ini sebagai contoh sentuhan fisik secara tak langsung.
“Pertemuan yang tidak langsung, misalnya, ada sebuah mediasi di kolam renang,” ucap Hikma, Jumat (21/2/2020), dikutip dari Tribunnews.
“Ada jenis sperma tertentu yang sangat kuat, walaupun tidak terjadi penetrasi, tapi ada pria terangsang dan mengeluarkan sperma, dapat berindikasi hamil,” sambung dia.
Terlebih, jika perempuan tersebut berada pada fase kesuburan.
“Kalau perempuannya sedang fase subur, itu bisa saja terjadi,” ucap Hikma.
“Kan tidak ada yang tahu bagaimana pria-pria di kolam renang kalau lihat perempuan,” ujar dia.
Sitti lalu meminta maaf atas pernyataannya terkait perempuan bisa hamil karena berenang bersama lawan jenisnya.
“Saya meminta maaf kepada publik karena memberikan statemen yang tidak tepat,” kata Sitti dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (24/2/2020).
Sitti mengatakan, pernyataannya bersifat pribadi, bukan resmi dari KPAI. Ia mencabut pernyataan yang menuai kritikan dari masyarakat tersebut.
“Statemen tersebut adalah statemen pribadi saya dan bukan dari KPAI. Dengan ini saya mencabut statemen tersebut,” ujarnya.
Lebih lanjut, Sitti meminta, publik tidak menyebarluaskan lebih jauh pernyataan tersebut.
“Saya memohon kepada semua pihak untuk tidak menyebarluaskan lebih jauh atau malah memviralkannya,” pungkasnya.
Penulis : Dian Erika Nugraheny
Editor : Krisiandi
Sumber: https://nasional.kompas.com/read/2020/02/25/08020591/pimpinan-mpr-pejabat-publik-sebelum-bicara-sebaiknya-didasari-referensi?page=all