Berita

Perjuangan Ratu Kalinyamat Harus Jadi Inspirasi Penguatan Maritim Nasional

 

Jadikan pencapaian Ratu Kalinyamat sebagai  inspirasi untuk membangun armada laut yang kuat demi mempertahankan wilayah Indonesia di masa kini dan mendatang.

"Di abad ke-16 sudah ada jejak-jejak supremasi maritim yang ditorehkan oleh tokoh perempuan yang dikenal dengan Ratu Kalinyamat," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat membuka Seminar Internasional secara daring bertema Konstelasi Kekuatan Poros Maritim Dalam Perspektif Ratu Kalinyamat yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (6/10).

Diskusi yang dimoderatori Dr. Irwansyah (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI) itu menghadirkan Dr. Connie Rahakundinie Bakrie ( Pengamat Militer dan Hankam), Prof. Drs. Ratno Lukito, M.A, DCL (Sejarawan), dan Prof. Vitor Teixeira (Catolica Universidade Portuguesa), Kolonel Laut (P) Salim  (Wakil Kepala Pusat Kajian Maritim SESKOAL) sebagai narasumber.

Selain itu hadir pula Sudjiwo Tejo (Budayawan) dan Dr. Atang Irawan, S.H, M.Hum (Staf Khusus Wakil Ketua MPR RI) sebagai penanggap.

Berdasarkan kajian para pakar yang tergabung dalam Tim Pakar Ratu Kalinyamat dari Yayasan Darma Bakti Lestari, ungkap Lestari, Ratu Kalinyamat berhasil membangun kedaulatan keamanan dan mampu membangun aliansi strategis untuk mengatasi ancaman kolonial.

Sangat disayangkan, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, citra Ratu Kalinyamat saat ini malah dipersepsikan negatif.

Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap, sejarah Ratu Kalinyamat yang dikaburkan di masa lalu harus segera diluruskan. 

Karena, jelas Rerie, berbagai temuan ilmiah dari pakar sejarah membuktikan peran Ratu Kalinyamat sedemikian penting dalam memimpin perlawanan terhadap penjajahan Portugis dengan menerapkan visi poros maritim.

Dalam perspektif poros maritim, tegas Rerie, saat ini Indonesia harus menjadi poros maritim dunia sehingga harus membangun supremasi maritim.

Wakil Kepala Pusat Kajian Maritim SESKOAL, Kolonel Laut (P) Salim berpendapat Indonesia  harus membangun maritim menjadi kuat. Menurut Salim, bila kita saat ini mengedepankan pembangunan kontinental, kita sebagai bangsa akan menuju kehancuran.

Selain itu, ungkap Salim, sejumlah upaya untuk menghancurkan suatu bangsa antara lain juga bisa lewat pengaburan sejarah dan menghancurkan bukti sejarah. 

Dia menduga cara yang sama juga dialami Ratu Kalinyamat, seorang tokoh perempuan di masa lalu yang berperan aktif melawan penjajah lewat penguatan maritim, tetapi dicitrakan sebaliknya untuk menghilangkan jejak sejarah kepahlawanannya dalam mempertahankan wilayah Nusantara.

Saat ini, jelas Salim, menguasai Asia sama dengan mengendalikan dunia. Salim berpendapat, Indonesia harus memiliki strategi pertahanan mariitim nasional yang kuat.

Karena, jelasnya, Indonesia berada di antara perairan utama Asia yang saat ini menjadi perhatian kekuatan maritim dunia seperti Amerika Serikat, Inggris, Tiongkok, dan Perancis.

Pengamat Militer dan Hankam, Connie Rahakundinie Bakrie berpendapat untuk  membangun kekuatan maritim nasional sangat memerlukan dukungan sektor ekonomi, militer dan diplomasi yang kuat.

Dalam membangun Indonesia, menurut Connie, kita harus mampu memperkuat langkah kita untuk mengontrol laut dalam rangka mengamankan perairan di Nusantara.

Salah satu langkah untuk mendukung upaya itu, tegasnya, penguatan industri pertahanan nasional untuk menopang ketersediaan peralatan pertahanan yang diperlukan.

Connie berpendapat, tugas kita untuk mewujudkan kedaulatan di sektor maritim masih kalah berat dengan bertebaranya hoax dan mengembalikan marwah perjuangan Ratu Kalinyamat.

Sejarawan, Ratno Lukito yang juga Ketua Tim Pakar Ratu Kalinyamat Yayasan Dana Bhakti Lestari mengungkapkan tantangan dalam riset yang dilakukannya cukup kompleks karena harus melawan mitos terkait Ratu Kalinyamat yang sudah menjadi pengetahuan masyarakat sejak ratusan tahun.

Menurut Ratno, temuan delapan bukti primer terkait perjuangan Ratu Kalinyamat dari hasil riset yang dilakukan tim menunjukkan mitos yang selama ini berkembang adalah salah. 

Fakta baru tentang kepahlawanan Ratu Kalinyamat, menurut Ratno, harus segera disebarluaskan agar mitos negatif yang selama ini menyertai Ratu Kalinyamat segera diakhiri.

Peneliti dari Catolica Universidade Portuguesa, Vitor Teixeira mengungkapkan kehadiran Ratu Kalinyamat di abad ke-16 bukan sekadar Ratu yang perkasa dari Jepara, tetapi juga penerus kekuasaan di pesisir Utara Jawa yang merupakan kawasan penting dalam jaringan perdagangan di kawasan Asia.

Selain itu, menurut Vitor, sepak terjang Ratu Jepara di masa itu juga  memperlihatkan kuatnya aspek diplomasi yang dilakukan sehingga berdampak pada sisi religi dan budaya.

Pemikiran lain yang juga menjadi nafas perjuangan Ratu Kalinyamat, tegas Vitor, adalah soal gender, hak perempuan, kesempatan kepada perempuan untuk memimpin berhadapan dengan kultur lokal. Ratu Kalinyamat, ujarnya, adalah perintis anti-kolonialisme kendati beberapa kali dikalahkan Portugis.

Menanggapi hoax terkait Ratu Kalinyamat, Budayawan Sujiwo Tejo berpendapat temuan ilmiah terkait kepahlawanan Ratu Kalinyamat harus segera disosialisasikan dengan berbagai cara, serta menjadi bahan ajar di sekolah.

Sedangkan Pakar Hukum Tata Negara Universitas Pasundan, Atang Irawan berpendapat potensi hambatan dalam tahapan proses pengajuan Ratu Kalinyamat menjadi Pahlawan Nasional bisa ditekan bila prosesnya lebih transparan sesuai peraturan yang berlaku. *