Senin, 25 Oktober 2021
Bhinneka Tunggal Ika, NKRI, UUD 1945, Pancasila, nilai kebangsaan, adaptive resilience, IAIN Palopo, konsensus kebangsaan, sosialisasi
Sosialisasi empat konsensus kebangsaan jangan berhenti di kampus saja, tetapi harus meluas hingga masyarakat. Penyampaian nilai-nilai kebangsaan harus konsisten dan mudah dipahami oleh seluruh elemen bangsa.
"Tugas terberat adalah menyampaikan inti sari nilai-nilai kebangsaan ini kepada masyarakat, yang sesungguhnya nilai-nilai itu sudah kita miliki sejak dulu," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di IAIN Palopo, Sulawesi Selatan, Senin (25/10). Hadir dalam acara tersebut, Prof. Dr. Abdul Pirol, M.Ag (Rektor Institut Agama Islam Negeri/IAIN) dan civitas academica IAIN Palopo.
Pada acara tersebut hadir pula antara lain Syaharuddin Alrif (Wakil Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan), H.M. Judas Amir (Walikota Palopo), dan Fatmawati Rusdi (Wakil Walikota Makassar).
Saat menjawab pertanyaan dari Presiden BEM IAIN Palopo, terkait cara mengatasi ancaman yang datang terhadap bangsa kita, Lestari menegaskan, kita sebagai bangsa harus segera memutus penyebaran berbagai ancaman tersebut dengan memperkuat dan menerapkan nilai-nilai kebangsaan yang kita miliki.
Antara lain, tambahnya, nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam empat konsensus kebangsaan kita, yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat, cara penyampaian nilai-nilai kebangsaan harus mudah dan sederhana, agar inti sari dari nilai-nilai yang akan disampaikan bisa dipahami, untuk kemudian diamalkan.
Menurut Rerie, cara-cara penyampaian dalam sosialisasi empat konsensus kebangsaan yang mudah dipahami, merupakan bagian dari upaya merestorasi cara berperilaku bangsa ini lewat peningkatan pemahaman nilai-nilai kebangsaan oleh masyarakat. Sesungguhnya, ujar anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, semua orang memiliki adaptive resilience untuk mempertahankan hal-hal yang diyakininya.
"Dalam hal mengatasi ancaman terhadap ideologi bangsa, tinggal bagaimana cara kita membangkitkan adaptive resilience dalam diri kita. Kalau semua anak negeri sadar bahwa paham radikalisme itu ancaman, saya yakin kita bisa mencegah paham tersebut meluas," ujarnya.
Rerie berpesan, agar para mahasiswa ikut mengingatkan masyarakat bahwa paham radikalisme tidak tepat untuk bangsa ini. Sampaikan pesan itu, ujarnya, dengan cara yang mudah lewat hal-hal sederhana sesuai dengan tingkat pemahaman masyarakat.*