Sabtu, 21 Juli 2018
berita
Jakarta (21 Juli 2018) – Banyak orang yang belum tahu mengenai Hari Purbakala yang setiap tahun diperingati pada 14 Juni. Tanggal tersebut dipilih karena Oudheidkundige Diens (Dinas Purbakala) secara resmi didirikan Pemerintah Hindia-Belanda untuk menggantikan badan sementara Commissie in Nederlandsche-India voor oudheidkundig op Java en Madoera pada 14 Juni 1901.
Pada acara Gebyar Hari Purbakala ke-105 yang jatuh pada 21 Juli 2018 menyajikan orasi ilmiah oleh Dr. Daud Tanudirjo dengan topik “Tantangan Arkeologi dan Pelestarian Cagar Budaya dalam Menghadapi Permasalahan Identitas Kebangsaan. Acara hari ini dihadiri oleh seluruh Badan Pengurus, tidak terkecuali oleh Lestari Moerdijat sebagai Pengurus Harian Bidang Kerjasama dan Hubungan Antar Lembaga.
Selain itu acara juga dimeriahkan dengan pemberian Penghargaan Pemenang Lomba Logo Hari Purbakala ke-105, Penghargaan Tokoh Arkeologi dan Sepuluh Komunitas yang paling aktif dan kreatif dalam mengadakan kegiatan kebudayaan.
Tahun ini, Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman menggandeng Ikatan Ahli Arkeolog Indonesia (IAAI) untuk mengadakan serangkaian acara dalam rangka memperingati Hari Purbakala ini.
Dengan tema “Merawat Kebinekaan, Merawat Identitas” , Dinas Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman ingin menegaskan bila keberagaman merupakan identias kita dan mengingatkan seluruh lapisan masyarakat agar memiliki kepedulian untuk merawatnya.
Kegiatan penelitian arkeolog yang dilakukan melalui eksplorasi, riset di laboratorium ataupun dibelakang meja, serta konservasi yang dilakukan pada cagar budaya yang telah berlangsung lebih dari satu abad menunjukkan warisan budaya Indonesia yang sangat beragam. Hal tersebut mewakili etnik dan ras yang sangat banyak di wilayah Nusantara.
Kita harus menyadari bahwa kekayaan warisan budaya yang tidak dapat tergantikan itu juga memiliki potensi untuk hancur atau punah karena faktor alam maupun faktor manusia. Ketidakpahaman, kepentingan sesaat, ketidakwaspadaan, atau ketidakpedulian dapat menyebabkan cagar budaya tidak dapat diselamatkan.