Senin, 07 Januari 2019
perspektif
Mendaki gunung kini menjadi olahraga dan kegiatan rekreasi yang makin populer di Indonesia. Jika dulu naik gunung identik dengan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa, sekarang banyak agen-agen perjalanan yang menawarkan paket mendaki gunung untuk kelompok atau keluarga. Paket-paket open trip pun banyak ditawarkan di media sosial, menjadikan naik gunung kegiatan favorit semua umur.
Sayangnya, semakin populer kegiatan naik gunung, tantangan pengelolaan lingkungannya pun semakin kompleks. Salah satu masalah yang masih membutuhkan solusi adalah pengelolaan sampah di wilayah pegunungan, terutama di gunung-gunung yang menjadi destinasi populer di kalangan para pendaki.
Beberapa sampah yang kerap dijumpai di gunung adalah bungkus dari makanan kemasan, kaleng gas bekas, hingga sisa makanan yang tidak habis kemudian ditinggalkan hingga membusuk begitu saja.
Menurut republika.com, setiap pendaki gunung di Indonesia memproduksi rata-rata tiga kilogram sampah dalam sekali pendakian. Jika setiap tahun ada 150,000 pendaki gunung, maka sampah yang dihasilkan dari kegiatan ini bisa mencapai 450 ton lebih. Menurut Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, lebih dari 50% sampah yang dihasilkan pendaki gunung adalah sampah plastik yang sangat sulit terurai.
Urusan sampah ini tak pelak menjadikan kegiatan mendaki gunung sebuah ironi. Di satu sisi, kita mendaki gunung untuk menikmati keindahan alam, lepas sejenak dari kehidupan sehari-hari yang seringkali dipenuhi beragam polusi suara dan udara. Namun dampak dari mendaki gunung tak ubahnya masalah yang dihadapi wilayah perkotaan dan pemukina; tumpukan sampah yang seringkali pengelolaannya belum terpadu.
Menjadi pendaki gunung yang bertanggung jawab adalah salah satu kontribusi kita sebagai pendaki gunung untuk menjaga lingkungan wilayah pendakian.
Menurut kompas.com, ada sejumlah cara yang bisa kita lakukan sebagai pendaki untuk mengurangi volume sampah di gunung yang kita kunjungi. Usahakan kurangi membawa makanan kemasan. Kurangi mengonsumsi makanan kemasan yang berpotensi menimbulkan sampah. Sampah-sampah yang berada di gunung biasanya berasal dari makanan kemasan yang dibawa pendaki.
Untuk mengurangi jumlah sampah yang dihasilkan, sebaiknya kita membawa makanan kemasan secukupnya. Kita juga bisa membeli makanan kemasan yang ukurannya jumbo agar bungkus makanan yang dihasilkan tidak terlalu banyak. Sediakan kantong sampah untuk wadah sampah. Jika malas memasukkan sampah-sampah bawaan ke dalam tas, bawalah kantong sampah yang ukurannya besar agar sampah tidak akan tercampur dengan barang lain di dalam tas. Selain itu, memisahkan sampah organik dan nonorganik akan sedikit meringankan beban sampah yang harus diangkut.
Sampah organik dapat dikubur di dalam tanah agar pembusukannya terjadi di dalam tanah. Tetapi sebelumnya pastikan tidak ada sampah nonorganik seperti plastik tercampur dengan sampah organik. Jangan membuang sampah organik tersebut di sungai atau mata air. Bawa kembali sampah yang dihasilkan. Sampah-sampah dari sisa bungkus makanan, kaleng gas bekas, batu baterai yang sudah habis, sebaiknya dibawa turun kembali setelah mendaki.
Jika kita bisa bertanggung jawab atas sampah yang kita hasilkan, pegunungan sebagai sebuah destinasi rekreasi dan olahraga akan terus terjaga kelestariannya.
Artikel terkait :
http://jakarta.bisnis.com/read/20180107/263/723937/naik-gunung-jadi-tren-pebisnis-buru-buru-tangkap-peluang-usaha
https://kumparan.com/@kumparantravel/tren-foto-yang-kini-jadi-petaka-bagi-kebersihan-gunung
https://www.superadventure.co.id/news/18964/5-tips-ampuh-untuk-menjaga-gunung-agar-tetap-bersih/