Berita

Misi Menyehatkan dan Membangun Bangsa

Rabu, 20 Mei 2020 lain-lain

Abad 21 ini memberi tantangan bagi pembangunan kesehatan Indonesia, tidak hanya dengan adanya pandemic COVID-19. Pertanyaan besarnya adalah, bagaimana kesiapan dokter “menyehatkan dan membangun bangsa” sebagai upaya pencapaian tingkat kemakmuran dan kesejahteraan bangsa?

Secara umum dapat kita pahami bahwa tugas tenaga kesehatan, khususnya dokter, adalah memeriksa dan mengobati kesehatan bagi pasien. Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Dr. Daeng M Faqih, SH.MH, stunting dan penyakit tidak menular, masih menjadi fokus utama penanggulangan masalah kesehatan di Indonesia.

“Hingga saat ini penanggulangan masalah stunting di Indonesia baru 38 persen, dan masalah penyakit tidak menular seperti jantung, diabetes, obesitas meningkat,” ujarnya seperti dikutip media.

Kini di tengah pandemi COVID-19, masalah itu bertambah. Wabah telah menginfeksi lebih dari 18 ribu penderita, dengan 1.191 kematian.

Di luar pandemi, kesehatan saat ini belum dianggap sebagai modal utama kelangsungan Pembangunan Nasional. Hingga kini kesehatan masih dipahami sebagai masalah pengobatan saja dan tanggung jawab sektor kesehatan, bukan tanggung jawab semua sektor. Kesehatan belum ditempatkan sebagai arus utama pembangunan nasional.

Menurut Ketua Bidang Pengembangan Pendidikan Kedokteran PB IDI Titi Savitri Prihartiningsih, dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) terkait usulan Revisi Undang-Undang (UU) Nomor 20/2013 tentang Pendidikan Kedokteran (RUU Dikdok), dokter di Indonesia dan rumah sakit di dalam negeri pun belum mencapai standar kompetensi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Temuan awal Bank Dunia juga menyatakan bahwa “kurangnya dokter dan perawat berkualitas adalah tantangan utama” dalam pelayanan kesehatan di Indonesia saat ini.

Dari segi pembiayaan kesehatan, harus diakui bahwa BPJS Kesehatan belum berjalan secara optimal. Berbagai masalah timbul, seperti rumah sakit yang tak kunjung mendapat bayaran dari BPJS Kesehatan yang menunggak, pengadaan dan distribusi obat dari perusahaan-perusahaan farmasi yang kerap tidak mencukupi, sampai membludaknya pasien yang tidak dibarengi dengan memadainya sumber daya petugas kesehatan. Di sisi lain, organisasi profesi dokter juga belum maksimal dalam bersuara untuk mendorong reformasi terhadap sistem BPJS Kesehatan.

Situasi ini masih ditambah dengan masalah-masalah internal yang kian menjegal kemajuan kemajuan dokter Indonesia itu sendiri. Mulai dari sistem pendidikan kedokteran yang carut-marut dan sangat mahal dan pungutan pada mahasiswa profesi dokter saat melakukan koasisten di luar rumah sakit pendidikan. Lalu distribusi dokter yang tidak merata dan menumpuk di wilayah-wilayah perkotaan, yang menurut hitungan Kementerian Kesehatan adalah 43 dokter per 100.000 penduduk, hingga pengadaan alat-alat kesehatan yang masih belum mencukupi kebutuhan dan tidak merata.

Pembangunan kesehatan memang tidak bisa lepas dari peran sentral dokter, intelektual yang berada di tengah masyarakat dengan bekal nilai profesi yang menjadi panduan dalam segala tindakannya. Dan peran dokter tidak berhenti hanya sebagai agen penyembuhan, tetapi juga sebagai agen perubahan sosial dan agen pembangunan. Itu sebabnya kita akan selalu berterima kasih kepada dr. Soetomo dan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo serta para mahasiswa kedokteran Stovia yang melalui pembentukan Budi Utomo telah menginspirasi dan menumbuhkan semangat kebangkitan nasional.

Hari ini, 20 Mei 2020 kita tidak hanya memperingati Hari Kebangkitan Nasional, tetapi juga sekaligus memperingati Hari Bakti Dokter Indonesia. Peringatan yang dicanangkan sejak tahun 2008 ini adalah salah satu upaya untuk membangkitkan kembali dunia kedokteran khususnya di Indonesia, mengembalikan para dokter kepada peran kepemimpinan di garda depan perjuangan bangsa. Para dokter harus terlibat aktif dalam membentuk tatanan perencanaan kesehatan Indonesia. Dokter-dokter Indonesia perlu meningkatkan daya tawar terhadap pemerintah selaku perumus kebijakan kesehatan yang utama di Indonesia agar kompetensi dan keahlian sebagai garda depan peningkatan kesehatan masyarakat terus meningkat. ***