Diperlukan upaya transformasi menyeluruh agar bangga buatan Indonesia tidak sebatas slogan, tetapi menjadi cara kita untuk mewujudkan kedaulatan dan ketahanan negara serta harga diri sebagai bangsa.
"Era digitalisasi saat ini menciptakan persaingan di pasar yang lebih ketat atas barang dan jasa yang dihasilkan, sehingga diperlukan upaya perbaikan yang menyeluruh agar produksi dalam negeri mampu menjawab permintaan pasar," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat membuka diskusi daring bertema Membumikan Bangga Buatan Indonesia yang digelar Forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (30/3).
Diskusi yang dimoderatori Luthfi Assyaukanie, Ph.D (Tenaga Ahli Wakil Ketua MPR RI, Koordinator Bidang Penyerapan Aspirasi Masyarakat dan Daerah) itu dihadiri IGK Astawa (Sesditjen Perdagangan Dalam Negeri, Kementerian Perdagangan RI/Kemendag RI), Sarwo Edhi (Plt Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional, Kementan RI), Prof. Drs. Muhammad Fadhil Nurdin, M.A., Ph.D. (Guru Besar Ilmu Sosiologi Pembangunan Universitas Padjadjaran) dan Tina Arwin (Chief Content Officer Vidio.com) sebagai narasumber. Selain itu hadir Ratih Megasari Singkarru Komisi X DPR RI dan Raja Suhud (Wartawan Ekonomi Media Indonesia) sebagai penanggap.
Menurut Lestari, persaingan ketat antara produk lokal dan impor harus mendorong upaya agar menumbuhkan rasa bangga buatan Indonesia lewat peningkatan kualitas barang dan jasa dalam negeri.
Karena, ujar Rerie, sapaan akrab Lestari, berdasarkan pengamatan Center of Economics and Law Studies (Celios) sejak dulu memang tidak ada perbaikan yang signifikan dari pemerintah tentang pengadaan barang dan jasa di kementerian dan lembaga terkait penggunaan produk dalam negeri.
Berdasarkan pengamatan Celios, kementerian dan lembaga berdalih produk lokal yang ada tidak sesuai dengan standar yang dibutuhkan.
Rerie, yang juga anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, sangat berharap para pemangku kepentingan mampu menghilangkan gap yang terjadi antara kebutuhan pasar dan kualitas produk yang diinginkan konsumen.
Karena sejatinya, tegas Rerie, semangat anak bangsa untuk bangga menggunakan produk dalam negeri merupakan bagian dari upaya membangun ketahanan dan kedaulatan negara serta harga diri bangsa.
Pelaksana Tugas Sekretaris Utama Badan Pangan Nasional, Sarwo Edhi mengungkapkan, lembaganya yang baru berdiri 21 Februari 2022 berfungsi sebagai stabilisator harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat.
Menurut Sarwo Edhi, sejumlah produk bahan pokok yang saat ini diimpor, disebabkan karena produksi dalam negeri belum mencukupi permintaan di dalam negeri.
Guru Besar Ilmu Sosiologi Pembangunan Universitas Padjadjaran, Muhammad Fadhil Nurdin menegaskan untuk membumikan bangga terhadap buatan Indonesia harus melalui agenda politik yang jelas sehingga rasa bangga itu bisa dibangun lewat strategi yang terukur, dalam hal ini peran pemerintah sangat sentral untuk membangkitkan semangat bangga buatan Indonesia.
Menurut Muhammad Fadhil, harus ada kolaborasi dari para pemangku kepentingan dan masyarakat untuk membangun rasa bangga buatan Indonesia lewat sejumlah langkah yang didasari riset dan kajian mendalam.
IGK Astawa, Sesditjen Perdagangan Dalam Negeri, Kemendag RI sependapat untuk mewujudkan bangga buatan Indonesia perlu kolaborasi semua pihak. Diakui IGK Astawa, teknologi digital yang berkembang dewasa ini juga bisa dimanfaatkan oleh produsen lokal untuk mengembangkan diri lewat promosi dan peningkatan kualitas dan desain produk.
Menurut IGK Astawa, sejumlah upaya bisa dilakukan agar bangga buatan Indonesia membumi antara lain dengan meningkatkan proporsi penggunaan produk dalam negeri pada kementerian dan lembaga, peningkatan kualitas produk dalam negeri agar bisa diterima masyarakat, dan peningkatan kesediaan produsen untuk pakai kandungan lokal yang lebih tinggi.
Chief Content Officer Vidio.com, Tina Arwin mengungkapkan pada platform streaming yang dikelolanya, konten lokal produk anak bangsa sangat diminati konsumen. Bahkan, ungkap Tina, pada Februari 2022 konten lokal tayangan Vidio.com menempati peringkat pertama dari sisi jumlah penonton. Musuh utama para kreator konten saat ini, tegas Tina, adalah praktik pembajakan terhadap karya para kreator yang menciptakan kerugian hingga Rp400 miliar per tahun.
Menanggapi hal itu, anggota Komisi X DPR RI, Ratih Megasari Singkarru berpendapat untuk meningkatkan rasa bangga buatan Indonesia harus didorong lewat sejumlah kebijakan berdasarkan peta jalan yang kita buat.
Sementara itu, Wartawan Ekonomi Harian Media Indonesia, Raja Suhud menilai upaya untuk mewujudkan bangga buatan Indonesia hingga saat ini baru pada titik semangat, belum menyentuh hal-hal yang substansial. Peran pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk mewujudkannya.
Jurnalis senior, Saur Hutabarat menduga belum tumbuhnya rasa bangga terhadap buatan Indonesia hingga kini bukan karena produk lokal yang ada tidak layak pakai, tetapi karena rasa patriotisme bangsa ini sudah luntur. *