Berita

Ancaman Multi Bencana Harus Dihadapi dengan Kolaborasi yanga Baik Seluruh Elemen Bangsa

 

Ancaman multi-bencana di tanah air harus diantisipasi dengan perencanaan yang menyeluruh dengan melibatkan para pemangku kepentingan dan masyarakat. 

"Upaya melibatkan para pemangku kepentingan dan masyarakat dalam mengantisipasi ancaman multi bencana di tanah air harus terus diupayakan, karena secara alami negara kita memang dikelilingi gunung berapi dan diapit oleh dua benua dan samudra yang sangat mempengaruhi cuaca," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Selasa (7/6). 

Pekan lalu, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, sebagai negara kepulauan yang terletak di wilayah cincin api dan juga negara seismik aktif, Indonesia rentan terhadap risiko multi-bencana alam baik berupa gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, banjir, banjir bandang, banjir rob, puting beliung dan longsor. 

Sepanjang 2021, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 3.092 kejadian yang didominasi bencana hidrometeorologi. 

Bencana yang paling sering terjadi yaitu banjir dengan 1.298 kejadian, disusul cuaca ekstrem 804, tanah longsor 632, kebakaran hutan dan lahan 265, gelombang pasang dan abrasi 45, gempa bumi 32, kekeringan 15 dan erupsi gunung api 1. 

Kondisi ancaman bencana yang sedemikian kompleks itu, ujar Lestari, harus menjadi perhatian semua pihak agar sejumlah rencana dan upaya penanggulangan bencana di tanah air bisa direalisasikan dengan baik. 

Rerie, sapaan akrab Lestari berpendapat upaya mitigasi bencana harus ditingkatkan dengan melibatkan antara lain sejumlah pakar di bidang infrastruktur, perencanaan kota dan lingkungan. 

Kesiapan dalam menghadapi ancaman bencana, menurut Rerie, bertujuan untuk sedapat mungkin menekan jumlah korban yang diakibatkan bencana alam. 

Upaya tersebut, jelas Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu, harus diikuti dengan peningkatan pemahaman masyarakat terkait ancaman bencana alam yang ada di sekitar tempat tinggal mereka. 

Menurut Rerie, mengedepankan kearifan lokal dalam melakukan mitigasi bencana juga harus dilakukan dalam upaya mengakselerasi  pemahaman masyarakat. 

Rerie sangat berharap, ancaman multi-bencana di tanah air dapat dilihat sebagai tantangan yang harus dihadapi lewat kolaborasi yang baik dari seluruh elemen bangsa.*