Kamis, 02 April 2020
berita
Pesan pokok di Hari Autis 2 April ialah pentingnya memelihara optimisme. Anak penyandang autisme punya kesempatan untuk sukses sama seperti anak lain. Bahkan bisa lebih sukses.
Lihatlah betapa Mary, seorang gadis dari Amerika Serikat bisa menjadi profesor doktor untuk Ilmu Hewan. Juga di Indonesia ada pemuda Oscar, penyandang autis mampu menyelesaikan studinya di perguruan tinggi.
Mary Temple Grandin lahir di Boston, Massachusettes, USA pada 29 Augustus 1947. Usia penyandang autisme itu kini sudah lebih dari 70 tahun, tetapi perjalanan hidupnya menunjukkan betapa banyak yang dapat dilakukan seorang penyandang autisme untuk dunia.
Kerja kerasnya membawa Mary menjadi seorang konsultan kenamaan di industri hewan yang dikonsumsi manusia.
Mary berkeras memperlakukan hewan yang akan dipotong sedemikian rupa agar tidak stres. Ia melakukan studi untuk mendukung teorinya.
Mary lulus dari Collorado State University jurusan hewan. Dia penyandang autis pertama yang mendokumentasikan usahanya yang tak kenal putus asa agar dapat menjadi teladan bagi sesama penyandang autisme.
Mary membuka diri dan rela berbagi. Ia menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memotivasi penyandang autisme agar mereka punya kesempatan mengembangkan kemampuan diri secara maksimal. Mary menyediakan diri untuk menjadi juru bicara bagi para penyandang spectrum autisme. Kisah hidupnya kemudian dibuat film dokumenter dan berhasil memenangkan Emmy dan Golden Globe untuk kategori film semibiografi. Film ini telah memotivasi banyak penyandang spectrum autisme.
Mary Temple Grandin adalah kisah sukses di Amerika Serikat. Di Indonesia pun ada kisah sukses penyandang spectrum autisme. Oscar Yura Dompas namanya. Dia pun membuktikan bahwa autisme tidak menjadi hambatan bagi siapa pun yang mau berusaha keras.
Tentu diperlukan dukungan keluarga dan kerabat di sekitarnya yang memotivasi. Hasilnya Oscar sebagai penyandang autis bisa lulus dari Universitas Atma Jaya jurusan Pendidikan Bahasa Inggris.
Bahkan Oscar sampai menerima MURI sebagai pemuda penyandang autisme yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai sarjana.
Oscar menulis tiga buku, antara lain “The Life of the Autistic Kid Who Never Give Up.” Karena banyak peminat, buku tersebut diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul “Menaklukkan Autis”.
Buku itu menceritakan perjuangannya sebagai anak autis untuk mencapai cita-citanya.
Teladan lain apa yang dilakukan Gayatri Pamoedji dengan Yayasan Masyarakat Peduli Autis (MPATI). Jika Oscar memotivasi anak penyandang autis beserta orangtuanya, Gayatri dengan mendirikan yayasan yang punya kepedulian pada anak-anak penyandang autisme.
Menurut Gayatri, banyak orangtua yang malu mempunyai anak penyandang autisme. Gayatri berpandangan sama seperti Oscar Yura Dompas, bahwa dukungan orangtua dan kerabat sangat diperlukan.
Para penyandang autisme biasanya mempunyai kesulitan berkomunikasi. Juga kadang mempunyai sikap yang tidak umum, seperti menggerak-gerakkan tubuhnya ke belakang berulang-ulang. Begitu juga dengan berbicara. Kalimat bisa diulang berkali-kali sebelum ia bisa menyampaikan maksudnya. Anak-anak sebayanya kurang mengerti akan adanya penyandang autisme, sehingga anak autis sering diolok-olok dan dikucilkan. Kalaupun tahu, teman-temannya akan memandangnya sebagai orang aneh karena kelakuannya memang aneh.
Padahal, tak sedikit anak-anak autis yang cerdas, malahan ada yang sangat cerdas. Asalkan mereka diberi kesempatan untuk menonjolkan potensi yang dipunyai dirinya.
Autisme atau dikenal juga dengan istilah ASD (Autisme Spectrum Disorder) atau sering juga disebut autisme atau autis. Autisme merupakan gangguan perkembangan syaraf yang mempengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi serta berperilaku.
Selama ini diyakini para ahli medis dan perkembangan anak bahwa ada kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Agar campur tangan ahli dapat dilakukan sejak dini, demi keberhasilan pengedalian dan terapi ASD, sang ibu perlu cepat mengenali gejalanya.
Biasanya bayi sampai dengan 12 bulan tidak dapat menanggapi ketika namanya dipanggil, tidak tertarik untuk bermain, berbicara dan berinteraksi dengan orang lain, dan mereka lebih suka menyendiri. Jika gejala-gejala itu dapat dikenali pada bayi, sang bayi perlu cepat dibawa berkonsultasi dengan ahlinya.
Mempelajari beberapa hal ini, PBB merasa perlu menyelenggarakan Hari Autisme Sedunia. Tujuannya untuk memberi pengetahuan kepada masyarakat bagaimana sebaiknya bersikap pada anak-anak autis dan mendorong para orangtua autis untuk memotivasi anaknya agar bertumbuhkembang dengan baik. Mereka juga bisa berhasil seperti teman-temannya. Ketika Qatar mengusulkan untuk mengadakan Hari Kesadaran Austisme, segera saja mendapat sambutan dari PBB.
Hari Kesadaran Autisme Sedunia atau World Autism Awareness Day, pertama kali disahkan pada 1 November 2007 dalam Sidang Majelis Umum PBB. Hari Kesadaran Autisme Sedunia pun kemudian ditetapkan jatuh pada setiap tanggal 2 April.