Berita

Hari Konferensi Asia Afrika

Sabtu, 18 April 2020 berita

Menentang diskriminasi ras, memperjuangkan negara-negara di kawasan Asia Afrika yang belum merdeka, itulah antara lain pemikiran pokok diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika 18-24 April 1955 di Bandung.

Terselenggaranya konferensi internasional itu kiranya prestasi besar Indonesia. Negara ini belum 10 tahun merdeka. Dalam usia kelas 4 SD itu kita sudah sanggup menjadi tuan rumah sebuah forum internasional.

Yang mendorong lahirnya KAA ialah kedadaran bahwa negara-negara Asia Afrika perlu memperkuat hubungan diplomatik, perlu menggalang kekuatan untuk menghadapi dominasi bangsa Barat. Negara-negara Asia Afrika diperlakukan tidak layak sebagai negara yang merdeka. Meskipun duduk sama tinggi, mereka tidak pernah dilibatkan dalam pembicaraan seputar negara-negara Asia Afrika.

Karena itu 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia saat itu, merasa perlu melibatkan diri dalam kelompok Asia Afrika lainnya demi nasib tanah air mereka.

Pada masa perang dingin itu, Barat tidak mengonsultasikan keputusan-keputusan yang berpengaruh pada Asia Afrika. Ketegangan antara Uni Soviet dan Amerika Serikat, perlu pula diimbangi dengan membentangkan fondasi bagi hubungan damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat.

Yang juga mereka anggap penting perlawanan mereka terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Prancis di Afrika Utara, dan kekuasaan kolonial Prancis di Aljazair. Dan bagi Indonesia, yang penting keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak Indonesia dalam perselisihan dengan Belanda mengenai Irian Barat.

Penggagas KAA lima negara yang diwakili oleh perwakilan dari masing-masing negara. Mereka adalah Ali Sastroamijoyo dari Indonesia, Sir Jhon Kotelawala mewakili Sri Lanka, Muhammad Ali, berbicara untuk Pakistan, Jawaharlal Nehru dari India, dan U Nu yang menjadi wakil dari Burma. Kelima tokoh ini dikoordinasikan oleh Sunario sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia. Kelima negara ini juga bertugas sebagai sponsor.

Konferensi Asia Afrika baru terwujud setelah tiga kali pertemuan. Setiap pertemuan selalu dihadiri negara sponsor.

Gagasan mewujudkan konferensi negara-negara Asia Afrika pertama kali disampaikan pada tanggal 23 Agustus 1953 oleh Menteri Ali Sastroamojoyo kepada Dewan Perwakilan Rakyat Sementara Republik Indonesia. Ali Sastroamijoyo mengusulkan perlunya kerjasama antara negara-negara Asia Afrika demi perdamaian dunia.

Kemudian pada 25 April-2 Mei 1954 berlangsunglah konferensi di Kolombo, Sri Lanka yang dikenal sebagai Konferensi Kolombo. Dalam pertemuan yang dihadiri pemimpin-pemimpin negara sponsor itu, Indonesia mengusulkan perlunya diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika.

Pada 28- 29 Desember 1954, diselenggarakanlah Konferensi Bogor untuk menuntaskan persiapan KAA. Di situ dirumuskanlah secara lebih rinci tentang tujuan persidangan dan siapa saja yang direncanakan untuk diundang. Akhirnya, KAA terlaksana di Gedung Merdeka, Bandung, pada 18-24 April 1955.

Konferensi terlaksana sesuai harapan. Dari 30 negara yang diundang, hadir 29 negara, termasuk lima negara sponsor. Negara Federasi Afrika Tengah yang terdiri dari Rhodesia dan Nyasa berhalangan hadir karena di negerinya tengah terjadi pergolakan politik, yakni orang-orang kulit hitam Afrika menentang diskriminasi ras.

Dalam KAA itu negara peserts terbagi dalam tiga kelompok yang berbeda pandangan politik. Kelompok yang pro Barat, antara lain, Filipina, Thailand, Pakistan, Iran dan Turki. Lalu ada kelompok yang beraliran komunis, seperti China, Vietnam Utara dan kelompok netral yang terdiri dari India, Burma, Sri Lanka, dan Indonesia, serta beberapa negara yang belum menyampaikan pandangan politiknya.

Hasil yang dicapai dari Konferensi Asia Afrika ini ialah:

– Selain kerjasama ekonomi dan kerjasama kebudayaan, juga kerjasama dalam masalah hak asasi manusia seperti yang tercantum dalam Piagam PBB serta menentang diskriminasi ras.

– Masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka.

– Mengakui hak-hak bangsa Arab di Palestina.

– Menuntut kembalinya Irian Barat kepada Indonesia.

– Menuntut hak atas wilayah Aden bagi Yaman.

– Turut mengusahakan perdamaian dan kerjasama dunia, melalui Dasasila Bandung.

Yang terkandung dalam Dasasila Bandung, antara lain, menghormati hak asasi manusia, menghormati tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dalam Piagam PBB, menghormati kedaulatan semua negara, mengakui persamaan derajat semua negara dan ras, tidak campur tangan dalam urusan dalam negeri negara mana pun, serta menghormati hak setiap negara untuk mempertahankan diri.

Hasil KAA itu kiranya sebagian masih relevan hingga saat ini. Misalnya, Negara Palestina belum diakui oleh sebagian Negara Barat.