Rabu, 14 Juli 2021
Lestari Moerdijat, restorasi Indonesia, Nasdem, Partai Nasdem, pejuang lingkungan, lingkungan hidup, restorasi lingkungan
Arimbi Heroepoetri.,SH.LL.M
Direktur PKP Berdikari, Fellow MIT – UID Ideas 5.0, Tenaga Ahli Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR-RI)
Entah mengapa tema hari lingkungan sedunia tahun ini yang jatuh setiap tanggal 5 juni mirip-mirip dengan tema hari bumi, yaitu soal restorasi. Restore Our Earth, Ecosystem Restoration. Mungkinkah ini pengakuan para pengelola lingkungan sedunia bahwa lingkungan kita sudah masuk dalam kondisi kritis, sehingga perlu ada usaha restorasi ketimbang bicara soal pencegahan kerusakan atau degradasi fungsi lingkungan.
Restorasi sendiri dipahami dalam empat arti, yaitu memperbaiki, mengembalikan, memulihkan, dan mencerahkan. “Restorasi Indonesia” juga menjadi tagline resmi sebuah partai politik; Partai NasDem. Di dalam web resmi Partai Nasdem Restorasi dimaknai dalam berbagai aspek; Restorasi sebagai gerak aktif itu dipahami sebagai tindakan reparasi untuk memperbaiki kerusakan, tindakan kurasi untuk menyembuhkan yang sakit dan terluka, tindakan rekonstruksi untuk membangun kembali yang roboh, tindakan regenerasi untuk melahirkan kembali angkatan yang positif dan kreatif, tindakan modernisasi untuk melayani manusia yang bergerak selaras zaman, dan berpuncak pada tindakan civilization sebagai momentum dan proses pembelajaran menjadikan manusia semakin manusiawi.
Kepada partai inilah seorang aktivis lingkungan, anti-korupsi dan demokrasi yang sudah puluhan tahun bersikap non-partisan berlabuh di sisa usianya. Emmy hafild didapuk menjadi ketua DPP Partai bidang Pertanian dan Maritim. Beliau baru saja wafat 3 Juli karena kanker paru yang dideritanya sejak tiga tahun lalu, namun buah pikirannya ‘mewarnai’ partai ini. Ditandai ketika dua tahun silam ada hajatan kongres ke-2 partai nasdem sekaligus HUT ke-8 yang diselenggarakan sejak tanggal 8 sampai dengan 11 November 2019 yang diadakan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta. Sebagai ajang Kongres sebenarnya ini adalah peristiwa biasa saja, diisi dengan berbagai macam sambutan dari para tokoh partai, diselingi dengan berbagai pertunjukan kesenian, pameran dan sidang-sidang. Yang menarik perhatian saya justeru pengumuman panitia yang berkali-kali menekankan perlunya para peserta untuk mengambil tumbler (botol minuman) yang telah disediakan panitia. Pengumuman itu menggelitik saya, “Wah jangan-jangan memang tidak disediakan gelas plastik untuk minum, maka para peserta wajib membawa tumbler”.
Benar saja, para peserta, siapapun dia, entah kader entah anggota DPR/DPRD, entah Gubernur, Bupati, entah pengusaha kelas kakap, entah artis, semuanya memegang tumbler untuk kebutuhan minumnya, dan panitia menyediakan depot-depot pengisian air di berbagai tempat. Melihat pemandangan ini, hati rasanya senang dan tentram, ah Partai Nasdem sudah pada tingkat menerapkan apa yang menjadi retorikanya: Gerakan Perubahan. Jika kebijakan tidak menggunakan gelas plastik diterapkan secara konsisten oleh seluruh kadernya yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, Partai Nasdem telah menyumbang secara riil atas gerakan pengurangan penggunaan plastik di Indonesia. Ini jelas memperkuat komitmen pemerintah pusat dan daerah yang telah mengeluarkan peraturan-peraturan daerah yang melarang penggunaan plastik belanja. Sekaligus memperkuat berbagai macam inisiatif pengusaha makanan yang tidak lagi menyediakan sedotan plastik di gerainya.
Indonesia membutuhkan gerakan riil seperti di atas yang harus terus-menerus dilakukan. Berdasarkan perhitungan dari Ditjen Pengelolaan Sampah, Limbah, dan B3 Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Ditjen PSL – KLHK), total jumlah sampah Indonesia di 2019 mencapai 68 juta ton, dan sampah plastik diperkirakan 9,52 juta ton atau 14 persen dari total sampah yang ada. Sementara itu, menurut data Jambeck (2015), Indonesia berada di peringkat kedua dunia penghasil sampah plastik ke laut yang mencapai sebesar 187,2 juta ton setelah Tiongkok yang mencapai 262,9 juta ton. Belum terhitung sampah plastik yang tercecer di darat dan sungai. Plastik, termasuk kategori non-biodegradable, dibutuhkan puluhan sampai ratusan tahun agar plastik dapat terurai di alam. Bahkan ada beberapa jenis plastik yang sama sekali tidak bisa terurai. Selama plastik belum dapat terurai di alam, maka potensi bahaya plastik masih berlangsung bagi makhluk hidup, flora, fauna, termasuk manusia.
Saya menghitung jika dalam Kongres ini dihadiri oleh 8.000 orang, dan dibutuhkan tiga gelas plastik per orang untuk mengatasi rasa dahaganya maka dalam satu hari diperlukan 24.000 gelas plastik hanya untuk sekedar minum, dan jika hajatan itu berlangsung selama empat hari, total diperlukan 96.000 gelas plastik yang segera menjadi sampah plastik. Namun, pada saat yang sama gaya hidup (life-stile) manusia modern tidaklah dapat dipisahkan dari plastik. Mulai dari pembungkus plastik, Tas belanja ke pasar, gelas, piring dan alat -alat. makan, perabotan rumah tangga, pipa air, bodi mobil, sampai bodi kapal. Karena itu, satu-satunya jalan adalah melakukan usaha untuk mengurangi penggunaan plastik dalam kehidupan sehari-hari. Partai Nasdem sudah mempelopori hal itu, dalam hajatannya telah berhasil menyelamatkan sekurang-kurangnya 96.000 gelas plastik untuk menjadi sampah. Sentuhan Emmy Hafild dalam aksi nyata perlindungan lingkungan hidup di Partai Nasdem telah menegaskan kembali makna dari Restorasi Indonesia yang diusung oleh partai ini. Semoga aksi nyata pengurangan penggunaan plastik ini diikuti oleh partai-partai lainnya termasuk para organisasi-organisasi massa yang biasa menghimpun massa, dan juga instansi-instansi pemerintah ketika melakukan hajatan, maka kita bisa optimis angka sampah plastik produksi Indonesia akan berkurang drastis (140721).