biografi lestari moerdijat

Catatan

LESTARI

Demokrasi bukan proses politik yang anti-kritik. Kritik itu mutlak dalam berdemokrasi terlebih otokritik. Mengkritik diri sendiri adalah langkah pertama secara sadar, tahu, mau dan mampu berdasarkan persepsi indera atas fakta. Ruang pertama otokritik datang dari lembaga akademik. Geliat epistemik berwujud kritik selalu memiliki kebaruan pemikiran berbasis kebenaran ilmiah maupun refleksi. Kritik menjadi ruang untuk memberi arti pada perjumpaan antara ide dan realitas.

Orasi ilmiah Surya Paloh pada momen penganugerahan gelar doktor kehormatan dalam bidang sosiologi politik di Universitas Brawijaya, Malang, bertema Menggali Kembali Politik Kebangsaan sesungguhnya sebuah cambuk sadar pada nalar dan kesadaran sebagai manusia Indonesia. Fakta bahwa sejumlah atribut berbangsa dan bernegara terkubur dalam selubung sektarianisme, polarisasi sosial dan ego kelompok saat kontestasi politik. Di tengah pandemi yang menuntut kolaborasi, gotong royong, sekat dan dendam politik justru menguat. Meneguhkan politik kebangsaan adalah seruan rekognisi dan rekonsiliasi. Rekognisi atas setiap atribut keragaman juga rekonsiliasi untuk menyatu tanpa reduksi atas identitas dalam ruang publik. Politik adalah sebuah pesta bersama, pesta yang mesti diikuti dengan sukaria, segala perbedaan termasuk busana politik itu biasa.

Berpolitik adalah ajang pertemuan manusia, berbekal konteks sosialnya menuju satu tujuan bersama. Berpolitik itu sebuah proses menjadi, bersama dengan yang lain, berkelanjutan, bertanggung jawab, rendah hati menerima setiap pencapaian masing-masing dengan orientasi pertama untuk kesejahteraan bersama. Pesta yang dirayakan dengan sukaria tidak menempatkan tujuan, kepentingan golongan apalagi individual dalam ruang komunal. Dalam paradigma komunalisme, nilai kebangsaan mesti menjadi motor utama dalam pesta demokrasi bukan perpecahan demi kekuasaan. 

Galeri

Satu Gambar Seribu Cerita

Pustaka Lestari

Membaca: Menggali Ide dan Membuka Wawasan Berpikir